Juni, 2013.
Malam ini aku sepi sendiri, bukan
cuma sekali aku bolak balik mengambil dan menyimpan ponselku hanya untuk
melihat apakah ada pesan masuk disana atau tidak? Dan ternyata sampai jam
menunjukan hampir pukul sebelas malam ini pun tak ada pesan masuk darimu. Akhirnya
akupun memberanikan diri mengirim pesan padamu “Sudah pulang?” yang memang
sepantasnya dilakukan oleh seorang kekasih terhadap pacarnya.
Setelah beberapa menit berlalu
akhirnya pesanku yang tadi aku kirim ada balasannya juga “Sudah”. Setelah
membaca balasan pesannya akupun melanjutkan pertanyaan standar selayaknya orang
yang memang berpacaran “Sudah makan malam kah?” dan diapun menjawab “Sudah, ini
baru kelar mandi. Sudah larut aku tidur duluan yah. Seharian aku banyak
kerjaan” melihat balasan pesannya itu akupun membalas “yasudah” walau dalam
hati tersimpan rasa kecewa karena sebenarnya aku masih ingin bercakap-cakap
panjang lebar dengannya.
Kejadian seperti itupun terulang
bukan hari ini saja tapi beberapa hari, minggu, bulan ke depan setelah kita memutuskan
untuk berpacaran, padahal keputusanku untuk berpacaran denganmu bukanlah
keputusan instan, kita sudah saling mengenal satu sama lain cukup lama sebelum
kita memutuskan untuk berpacaran. Kisah perkenalan kita dimulai ketika tiga
tahun lalu dalam suatu acara aku dikenalkan dengannya oleh salah satu temanku.
Kitapun berkenalan dan pada saat itu statusku single dan sangat amat berniat
mencari kekasih sehingga dalam waktu yang bersamaan aku menerima beberapa orang
yang datang mendekat untuk pedekate, dan dia salah satunya. Tapi dikeputusan
finalnya akhirnya akupun mengeliminasi dirinya dan memutuskan memilih orang
lain untuk menjadi kekasihku.
Setelah kejadian itu dia perlahan
menjauh, tetapi beberapa bulan kemudian dikarenakan seringnya terjadi pertemuan
yang mempertemukan aku dengannya,kita akhirnya menjadi dekat layaknya seorang
sahabat. Setahun dua tahun kedekatan kita,
dan setahun dua tahun pula aku sudah beberapa kali ganti pacar hingga akhirnya
aku kembali sendiri lagi. Selama itu selalu ada dia disampingku yang menjadi sahabtku
yang menjadi teman ngobrolku.
Sampai suatu waktu kedekatan kita
menjadi sangat dekat dan tiba-tiba pada saat itu kamu bertanya padaku “hari ini
tanggal berapa?” akupun menjawab “18 Maret” terus kamupun menimpali “mau gak
kamu jadi pacarku?” dan akupun tak menjawab. Aku tak langsung menjawab karena
aku tak mau gegabah dalam memutuskan untuk berhubungan kali ini apa lagi dia
adalah orang yang selama ini dekat denganku, aku ga mau seandainya kedepannya
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dalam hubungan kita berakhir
dengan sesuatu yang disesali dengan keputusan ini. Akhirnya akupun mencari
waktu yang tepat untuk memtusukan menerima ajakan dia untuk berpacaran. Dan hari
itu adalah hari ulang tahunku sekitar seminggu setelah dia ‘menembak’-ku.
Di hari itu akupun memintanya
menjemputku di rumah pukul lima sore, aku berencana makan malam di luar dan
menjawab ajakannya berpacaran denganku. Akupun menyiapkan diriku dari siang
untuk acara makan malam nanti malam. Tapi pas waktunya sesuatu terjadi. Di jamnya
yang seharusnya aku dijemput dia menghilang tak ada kabar dan tak bisa dihubungi
dan persiapanku yang sudah lama kusiapkan ini akhirnya harus berakhir dengan
berantakan.
Malamnya diapun meminta maaf
karena ada salah satu alasan yang membuatnya tak bisa menjemputku, dan karena
aku terlanjur mencintai dan menyayanginya akhirnya akupun memaafkannya. Dan setelah
itu kitapun jalan menjadi sepasang kekasih tanpa tahu kapan kita jadiannya.
Oktober, 2013.
Setelah kita menjalin kasih hari
demi hari ada yang berubah dengan hubungan ini, hubungan ini rasanya hambar,
kita hanya terjebak dalam sebuah hubungan berstatus belaka. Dirinya tenggelam
dalam kesibukannya dan akupun menjadi sepi sendiri. Aku tak mau kisah cintaku
berjalan seperti yang lalu-lalu, hanya sesaat semata lalu sirna. Akupun akhirnya
berusaha beradaptasi dengan kesibukannya, menurunkan segala ekspektasiku
tentang hubungan ini, menguburkan harapan-harapan yang sebelumnya terbayang
bakalan terjadi bila kita bukan sekedar sahabatan tapi berpacaran. Aku bersabar
dari hari ke hari, minggu ke minggu sampai bulan ke bulan. Sampai tiba pada
saatnya aku sudah berada dalam puncak kesabaranku. Puncak hubunganku yang tak
terhubung ini.
Dalam satu waktu ketika aku ingin
sekali berjumpa kekasihku, akupun mengajaknya bertemu dan begitu terkejutnya
tiba-tiba dia mau berangkat liburan yang mana tiket pesawatnya sudah dia beli
dari kapan hari dan aku sebagai kekasihnya saja tidak tahu menahu tentang itu. Dari
kejadian itu akupun mantap mengakhiri hubungan ini.
Aku ingat sebelum aku memutuskan
hubungan ini kamu menyanyikan lagu ‘Teman Hidup’ miliknya Tulus, tapi sayang
sepertinya kamu salah membawakan judul lagu miliknya Tulus itu, seharusnya kamu
membawakan lagu berjudul ‘Sepatu’ karena cinta memang banyak bentuknya mungkin
tak semua bisa bersatu.
Desember, 2013.
Dan malam ini aku sepi sendiri
memikirkanmu yang terasa makin menjauh dari hidupku. Persahabatan bisa dan sering
tumbuh menjadi percintaan tetapi percintaan sangat langka untuk tumbuh menjadi
sebuah persahabatan, dan itu berlaku bagi hubunganku denganmu.
:(
BalasHapushmmmm...
BalasHapus