25 Des 2013

Sahabatku, Kekasihku, Mantanku.

Juni, 2013.

Malam ini aku sepi sendiri, bukan cuma sekali aku bolak balik mengambil dan menyimpan ponselku hanya untuk melihat apakah ada pesan masuk disana atau tidak? Dan ternyata sampai jam menunjukan hampir pukul sebelas malam ini pun tak ada pesan masuk darimu. Akhirnya akupun memberanikan diri mengirim pesan padamu “Sudah pulang?” yang memang sepantasnya dilakukan oleh seorang kekasih terhadap pacarnya.

Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pesanku yang tadi aku kirim ada balasannya juga “Sudah”. Setelah membaca balasan pesannya akupun melanjutkan pertanyaan standar selayaknya orang yang memang berpacaran “Sudah makan malam kah?” dan diapun menjawab “Sudah, ini baru kelar mandi. Sudah larut aku tidur duluan yah. Seharian aku banyak kerjaan” melihat balasan pesannya itu akupun membalas “yasudah” walau dalam hati tersimpan rasa kecewa karena sebenarnya aku masih ingin bercakap-cakap panjang lebar dengannya.

Kejadian seperti itupun terulang bukan hari ini saja tapi beberapa hari, minggu, bulan ke depan setelah kita memutuskan untuk berpacaran, padahal keputusanku untuk berpacaran denganmu bukanlah keputusan instan, kita sudah saling mengenal satu sama lain cukup lama sebelum kita memutuskan untuk berpacaran. Kisah perkenalan kita dimulai ketika tiga tahun lalu dalam suatu acara aku dikenalkan dengannya oleh salah satu temanku. Kitapun berkenalan dan pada saat itu statusku single dan sangat amat berniat mencari kekasih sehingga dalam waktu yang bersamaan aku menerima beberapa orang yang datang mendekat untuk pedekate, dan dia salah satunya. Tapi dikeputusan finalnya akhirnya akupun mengeliminasi dirinya dan memutuskan memilih orang lain untuk menjadi kekasihku.

Setelah kejadian itu dia perlahan menjauh, tetapi beberapa bulan kemudian dikarenakan seringnya terjadi pertemuan yang mempertemukan aku dengannya,kita akhirnya menjadi dekat layaknya seorang sahabat. Setahun dua tahun kedekatan kita, dan setahun dua tahun pula aku sudah beberapa kali ganti pacar hingga akhirnya aku kembali sendiri lagi. Selama itu selalu ada dia disampingku yang menjadi sahabtku yang menjadi teman ngobrolku.

Sampai suatu waktu kedekatan kita menjadi sangat dekat dan tiba-tiba pada saat itu kamu bertanya padaku “hari ini tanggal berapa?” akupun menjawab “18 Maret” terus kamupun menimpali “mau gak kamu jadi pacarku?” dan akupun tak menjawab. Aku tak langsung menjawab karena aku tak mau gegabah dalam memutuskan untuk berhubungan kali ini apa lagi dia adalah orang yang selama ini dekat denganku, aku ga mau seandainya kedepannya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dalam hubungan kita berakhir dengan sesuatu yang disesali dengan keputusan ini. Akhirnya akupun mencari waktu yang tepat untuk memtusukan menerima ajakan dia untuk berpacaran. Dan hari itu adalah hari ulang tahunku sekitar seminggu setelah dia ‘menembak’-ku.

Di hari itu akupun memintanya menjemputku di rumah pukul lima sore, aku berencana makan malam di luar dan menjawab ajakannya berpacaran denganku. Akupun menyiapkan diriku dari siang untuk acara makan malam nanti malam. Tapi pas waktunya sesuatu terjadi. Di jamnya yang seharusnya aku dijemput dia menghilang tak ada kabar dan tak bisa dihubungi dan persiapanku yang sudah lama kusiapkan ini akhirnya harus berakhir dengan berantakan.

Malamnya diapun meminta maaf karena ada salah satu alasan yang membuatnya tak bisa menjemputku, dan karena aku terlanjur mencintai dan menyayanginya akhirnya akupun memaafkannya. Dan setelah itu kitapun jalan menjadi sepasang kekasih tanpa tahu kapan kita jadiannya.

Oktober, 2013.

Setelah kita menjalin kasih hari demi hari ada yang berubah dengan hubungan ini, hubungan ini rasanya hambar, kita hanya terjebak dalam sebuah hubungan berstatus belaka. Dirinya tenggelam dalam kesibukannya dan akupun menjadi sepi sendiri. Aku tak mau kisah cintaku berjalan seperti yang lalu-lalu, hanya sesaat semata lalu sirna. Akupun akhirnya berusaha beradaptasi dengan kesibukannya, menurunkan segala ekspektasiku tentang hubungan ini, menguburkan harapan-harapan yang sebelumnya terbayang bakalan terjadi bila kita bukan sekedar sahabatan tapi berpacaran. Aku bersabar dari hari ke hari, minggu ke minggu sampai bulan ke bulan. Sampai tiba pada saatnya aku sudah berada dalam puncak kesabaranku. Puncak hubunganku yang tak terhubung ini.

Dalam satu waktu ketika aku ingin sekali berjumpa kekasihku, akupun mengajaknya bertemu dan begitu terkejutnya tiba-tiba dia mau berangkat liburan yang mana tiket pesawatnya sudah dia beli dari kapan hari dan aku sebagai kekasihnya saja tidak tahu menahu tentang itu. Dari kejadian itu akupun mantap mengakhiri hubungan ini.

Aku ingat sebelum aku memutuskan hubungan ini kamu menyanyikan lagu ‘Teman Hidup’ miliknya Tulus, tapi sayang sepertinya kamu salah membawakan judul lagu miliknya Tulus itu, seharusnya kamu membawakan lagu berjudul ‘Sepatu’ karena cinta memang banyak bentuknya mungkin tak semua bisa bersatu.

Desember, 2013.

Dan malam ini aku sepi sendiri memikirkanmu yang terasa makin menjauh dari hidupku. Persahabatan bisa dan sering tumbuh menjadi percintaan tetapi percintaan sangat langka untuk tumbuh menjadi sebuah persahabatan, dan itu berlaku bagi hubunganku denganmu.


2 komentar: