27 Jun 2011

Jakarta


Tak terasa hampir lima tahun sudah diriku hidup di kota ini, walau KTP bukan keluaran dari kelurahan sini, tapi hampir 90% (Perkiraan saja) hidupku selama lima tahun terakhir dihabiskan di Ibu kota negara tercinta ini, Jakarta...

Jakarta kota paling gemerlap di negeri ini menawarkan surga dan neraka dunia secara satu paket. Dibalik sarana dan prasarana penunjang yang sangat mumpuni dibanding kota-kota lain di negeri ini, kota ini juga menampilkan tayangan-tayangan yang sampe musti menghela nafas karena, koq bisa di kota nomor satu ini hal-hal demikan masih ada...

Boys, Girls & Gays mari kita lihat seluk beluk jakarta disudut pandang sang calon mega bintang masa depan yang bemodalkan tampan nan alami ini.

Macet sampai kenti lecet
Satu hal yang tak bisa lepas dari kota ini, kemacetan di Kota ini menjadi santapan yang rutin dikonsumsi warga yang mengeksiskan diri dikota ini. Semua orang pasti pernah mengeluhkan kemacetan Ibu kota ini, pemerintah kotanya berpacu menangangi macet dengan pertumbuhan kendaraan yang makin meningkat tiap harinya. Pembangunan jalan layang yang niatnya mengatasi kemacetan di masa yang akan datang malah mendatangkan kemcaten di masa sekarang.

Banyak yang tajir tak terhindar dari banjir
Sebuah penyakit yang selalu menerjang kota ini ketika musim hujan tiba, hujan sebentar saja kota ini mengalami genangan-genangan kecil di jalannya yang secara otomatis membuat penyakit lain yaitu macet ikut menjangkit kota ini. Apalagi kalo hujan semaleman suntuk dijamin besoknya berita tentang banjir menghiasi berbagai media, status facebook atau timeline twitter warganya.

Transjakartaku
Solusi kemacetan yang ditawarkan Gubernur Sutiyoso dahulu ketika menjabat yang kini sudah benar menjadi Icon kota ini,Transjakarta bus yang berjalan mempunyai jalurnya sendiri walau kenyataannya dibeberapa tempat kadang Transjakarta juga masih tetep tak bisa bebas macet, tetapi setidaknya Koridor 1 Transjakarta ini sudah sesuai dengan harapannya walau koridor-koridor lain masih menghawatirkan, dari kedatangan bus-nya yang lama dan setelah ada, penumpang dalam busnya berdempet-dempetan walau jelas-jelas mereka bukan muhrim tapi demi ingin sampai tujuan mereka rela melakukannya. Hal yang paling miris lainnya juga ketika halte busway kadang kondisinya menghawatirkan tidak terjaga, sungguh sayang sekali. Semoga kedepannya Transjakarta ini bisa tertata rapi serapih kumis gubernur sekarang Fauzi Bowo.

Tunawisma bergairah tinggi
Masalah lain yang jadi penyakit kota-kota besar dimanapun ialah menjamurnya gelandangan, pengemis, pemulung & pengamen di setiap pelosok penjuru kota, yang paling miris coba tengok salah seorang tunawisma dipertigaan Jl.Dr.Wahidin menuju Jl.Gunung Sahari ada seorang tunawisma yang suka duduk di samping jembatan sambil menyusui anaknya dan selama diriku bekerja didaerah situ, ni ibu rajin sekali memproduksi anak, sekarang anaknya sudah 3 (mungkin) dan yang 3 ini semuanya masih balita. kenapa dia tetap memproduksi anak kalo kiranya blm mampu membiayai hidup? Suaminya kemana? Kenapa suaminya ga ngeluarin diluar aja biar benihnya itu ga jadi anak-anak tak berdosa yang musti merasakan kejamnya ibukota. Ah.. Diriku ga ngerti...

Radiasi Suara
Mungkin hanya dikota ini ada orang yang mengamen di tengah malam dengan soundsystem memutar lagu-lagu dangdut dari keong racun sampai malam terkahir dan keliling kepemukiman penduduk, ini namanya bukan seni, namanya mencari uang dengan mengganggu ketenangan orang yang beristirahat di malam hari demi menghibur segelintir orang yang entah kenapa suka bergoyang tengah malam dipinggir jalan bukan diatas kasur bersama pasangannya.

Balita atau Tuyul?
Hanya dikota ini diriku berani pulang hingga larut malam bahkan subuh karena semua transportasi dan kehidupan rasanya tak pernah mati di sini, pada saat itu diriku pulang hampir jam 2an dan ketika sampai ke kosanku disana warganya masih aktif beraktivitas padahal sudah jelas itu jam untuk istirahat dan yang entah apa yang ada dipikiran orang tua yang mengajarkan anak balitanya sepedahan keliling kampung di jam segitu, itu tuyul apa balita? Jakarta yang tahu jawabannya...

Terlalu banyak hal-hal yang Jakarta banget dan sulit dijumpai di kota lainnya (mungkin),tapi dari keunikan tersendiri itu, diriku sebagai pendatang disini sangat mencintai kota ini, di Jakarta aku bisa mendapatkan pekerjaan yang memberikanku penghasilan untuk bertahan hidup dan di sini juga diriku dibukakan mata betapa hidup itu sungguh berwarna, selamat ulang tahun jakarta yang ke 484 Tahun. Semoga diusia yang sudah tak muda lagi kota ini bisa tampil lebih dewasa...



Salam,
-aih tampan anak jalanan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar