27 Okt 2011

Harga Sebuah Pertemanan (3)




"Kamu sangat berarti
Istimewa di hati
Selamanya rasa ini
Jika tua nanti
Kita t'lah hidup masing-masing
Ingatlah hari ini"
Ingatlah Hari Ini - Project Pop
*


29 Oktober 2011 adalah genap 5 tahun diriku menginjakan kaki dan menghabiskan waktu menjalani hari di ibu kota, tak terasa sudah hampir setengah dekade kehidupanku dihabiskan di kota yang penuh dengan polusi ini. Sebelumnya tak terpikirkan ataupun terbayangkan kalau akan menjadi warga ibukota dengan segala kepenatannya. 

Sebelum 5 tahun itu, diriku pernah menuntut ilmu di salah satu sekolah kedinasan, sebut saja Unpad (Universitas Padalarang). Bayanganku dahulu pas sedang kuliah kalau lulus nanti akan bekerja setidaknya di Bandung atau di kota-kota di Jawa Barat, apesnya ya ditempatkan di salah satu kota terpencil di nusantara. Tapi Tuhan punya rencana lain, ternyata diriku ditempatkan di kota yang menjadi pusatnya negara ini, Jakarta.

Kembali flashback ke masa sebelum 5 tahun lalu, setahun menuntut ilmu di Gado Bangkong banyak kisah berharga yang tak ternilai harganya, walau hanya sebentar tapi itu tak akan lupa atau lekang dimakan usia. Salah satunya kisah diriku dan Barhem.

Kisah segermobolan anak lelaki normal (catet, soalnya diriku terlalu banyak bergaul dengan yang tidak normal) yang mengisi keseharian setahun menuntut ilmu dengan kekenakalan ciri khas lelaki abege pada umumnya. 

Dengan mereka diriku belajar banyak arti sebuah pertemanan, persahabatan malahan kita sekarang sudah menjadi sebuah keluarga besar yang menjadi satu kesatuan. Masih ingat di kepala ini bagaimana kalian membantu diriku mencari rumah dosen karena takut di DO, seharian kita keliling Bandung walau hasilnya nihil, dosennya tak mau membantu walau ternyata emang hasilnya gak di DO, itu cuma keparnoan yang berlebihan diriku saja. Hal yang paling menyentuh dari sebuah pertemanan, ialah ketika pada saat itu kita berencana liburan karena salah satu teman kita ada yang melepas masa lajang, tiba-tiba papaku masuk rumah sakit, alhasil diriku gak bisa ikut bergabung bersama kalian, dan tanpa diduga kalian tiba-tiba  segreombolan beberapa mobil datang kerumah menengok papapku, dalam hatiku berkata, aku menemukan keluarga baru saat itu. 

Salah satu kisah lainnya, awal datang ke Jakarta sebulan berikutnya diriku dan beberapa dari kalian memutuskan untuk mengontrak rumah dan tinggal satu atap. Selama tiga tahun diriku tinggal bersama kalian, walaupun akhirnya diriku musti hengkang dari rumah itu bukan karena diriku tak sayang malahan karena diriku teramat sayang sehingga memutuskan untuk pisah. (salah satunya sih buat move on juga sik), selama tiga tahun bersama itu kadang jengkel juga saat pulang malam selepas kuliah tiba-tiba kalian sudah berada dikamarku buat sekedar nonton TV atau menyetel DVD, tapi sik yang paling bikin jengkel ialah rumah kita yang seperti kapal pecah karena berisi 4 anak laki yang enggan untuk bersih-bersih. Akhirnya aku pamit keluar dari rumah itu dan diisi oleh temen kita, eh setelah pergi kalian malah nyewa pembantu, sial.. dulu aja gak mau. (ergh, toyor satu-satu). Dan yang paling terenyuh lagi, ketika kemaren mampir ke rumah itu lagi, disana masih tepampang photo-photo dan tulisanku. Argh… kalian yah… (peluk)

Hal bersama kalian-kalian ini yang menjadi hal paling-paling berkesan, Pas acara tahun baru di Ujung Genteng yang memaksa mobil kita buat nyelip ditengah hutan, malam-malam hujan deras sampai baju kita belepotan, eh esok paginya mobil kita nyelip di pasir pantai, sungguh liburan yang amat sangat berkesan. dan ketika kita liburan ke Lampung, yang ternyata Pantai Mutun itu jauh dari mana-mana, kita terasa diisolasi, tapi memang itu liburan yang luar binasa. Ataw awal liburan bersama kita di Cipanas Garut kita mendayung perahu berlomba satu sama lain, masih banyak liburan-liburan yang telah kita lalui bersama sampai yang terakhir minggu kemaren ke Pantai Anyer. Walaupun liburan dengan jarak yang dekat-dekat tetapi tak mengurangi kebersamaan kita semua.

Kini diantara kita sudah banyak yang berkeluarga malah ada yang sudah mempunyai anak, tetapi itu tidak mengurangi kebersamaan kita. Malahan istri-istri kalian menemukan kelompok barunya dalam hal bercanda dan bertawa membicarakan seluk beluk rumah tangga. 

Barhem ini salah satu aset pertemanan yang nyaris seperti keluarga. Beberapa orang tua kalian malahan sudah sangat akrab dan tau sekali jelas tentang diriku. Semua ini mungkin karena sebuah ide gila dari arisan nikah yang dilontarkan beberapa tahun silam berjalan lancar, membuat pertalian kita semakin erat. Pertemanan yang lahir dari kehidupan nyata bukan berawal dari dunia maya, pertemanan yang tak mendeklarasikan sok bersahabat tapi dibelakangnya biadab. Harga sebuah pertemanan ini terlalu murah kalo dibanding Arisan yang kita keluarkan tiap tahun karena ada beberapa orang dari kita yang menikah, tapi, Damn!! Tahun depan kalian merampok saldo tabunganku (again, again n again)

So kapan nikah??




Kaleng rombeng kalian,
-aih-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar